Kamis, 02 Juni 2011

Naskah ini diikutkan dalam lomba FF POLIGAMI


JODOH DI TANGAN TUHAN
Oleh: Nana Karlina
Rima tak pernah menyangka kalau jalan hidupnya harus seperti ini. Haruskah ia menjadi seorang istri kedua?
“Abang sebenarnya sudah punya istri atau belum?” tanya Rima sekali lagi pada Bujang.
Bujang hanya diam ketika memandang wajah Rima yang bertabur rasa penasaran. Perasaan was-was serta merta mengepung hati Bujang. Terang saja! Ia bingung harus menjawab apa? Haruskah ia jujur pada Rima kalau sebenarnya ia telah mempunyai istri? Ah, mana mungkin ia mengatakannya. Hal itu bisa membuat hubungannya dengan Rima akan rusak berantakan. Rima adalah cinta pertamanya waktu ia masih duduk di bangku SMA dulu. Dimana saat itu, ia tak punya keberanian menyatakan cintanya.
Melihat Rima yang masih melajang di usia 38 tahun, membuat Bujang merasa bahwa Rima benar-benar jodohnya. “Kalau saja, aku tak pindah ke Medan waktu itu. Kalau saja, aku percaya diri menyatakan cintaku saat di SMA dulu. Kalau saja, aku menemuinya 15 tahun yang lalu, tentu Rima tak harus melajang sampai sekarang.” Bujang membatin.
“Dik, Abang ingin jujur padamu. Tapi, kamu jangan marah ya?” Bujang menatap mata Rima dengan penuh cinta. Sementara Rima semakin dihantui perasaan was-was kalau-kalau dugaannya benar.
“Dik, waktu Abang tinggal di Medan dulu, Abang pernah menikahi seorang Janda,” wajah Rima meradang. Namun ia masih meredam-redam amarahnya. “Abang hanya kasihan padanya, karena ia begitu miskin. Abang sama sekali tak mempunyai rasa cinta padanya. Sejak SMA dulu, Abang hanya mencintaimu. Namun sayang, Abang tak berani bilang.”
Rima benar-benar shock mendengar kata-kata Bujang. Rima meletakkan telapak tangannya di dadanya untuk meredam kepedihan yang dengan tega menyayat hatinya. Ia amat kecewa pada Bujang, tapi ia juga sedih dengan keadaan yang menipanya sekarang.
“Jadi, hubungan kita bagaimana, Bang?” tanya Rima lirih. Sesak terasa di dada Rima. Ia seperti makan buah simalakama. Bagaimana tidak? Jika ia nekad menikah dengan Bujang, maka betapa jahatnya ia karena telah merebut suami orang. Perempuan macam apakah dirinya? Ucapnya membatin. Tapi, jika ia putuskan hubungannya dengan Bujang, maka harus kemana lagi ia mencari jodohnya? Usianya sudah menginjak umur 38 tahun. Ia tak bisa menunggu lagi.
“Ya … Allah … Aku harus bagaimana?” Rintih Rima dalam hati.
“Adik tenanglah. Abang akan berusaha bicara pada istri Abang. Semoga dia mengerti dengan keadaan Abang.”
***
Entah apa yang dikatakan Bujang kepada istrinya -yang tak bisa punya anak itu- sehingga istrinya mengizinkan Bujang menikahi Rima.
“Tak pernah kukira kalau aku harus menikah dengan laki-laki yang telah beristri.” Rima menahan pahit saat bersanding di pelaminan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sorbonne University

Sorbonne University

Alexandria

Alexandria

Edensor

Edensor

Bunaken

Bunaken