Sabtu, 28 Mei 2011

Naskah ini kalah dalam Lomba Diary Menggenggam Impian

BERPROSES MERAIH MIMPI
Oleh: Ana Khairina
Semasa kecil, aku pernah mempunyai impian ingin menjadi seorang dokter, pianis, penyanyi dan pelukis. Seperti anak-anak kecil kebanyakan, aku tidak terlalu serius dengan impianku itu. Aku bermimpi ingin menjadi dokter, karena kebanyakan anak-anak kecil bercita-cita seperti itu. Sementara ingin menjadi pianis dan penyanyi, alasannya karena waktu kecil aku ngefans banget sama Sherina. Waktu itu aku ingin menjadi sepertinya. Anak berusia 10 tahun sudah pandai bernyanyi dan bermain piano, menurutku itu keren sekali. Tapi sayang, sampai sekarang impianku itu belum terwujud, karena aku tak punya piano dan tak pernah punya kesempatan memegang piano. Hhhmm … aku menyesal sekali. Kalau pun aku tidak menjadi seorang pianis, setidaknya aku bisa bermain piano. Mungkin suatu saat nanti, hal itu dapat terwujud. Sedangkan impian menjadi pelukis, alasannya karena aku suka dengan lukisan. Hingga sekarangpun sebenarnya aku masih ingin menjadi seorang pelukis. Tapi, aku bukanlah orang yang berbakat menggambar, pun aku belum pernah mencoba melukis di atas kanvas menggunakan cat air. Mungkin suatu saat kelak, aku akan mencobanya.
Dan sekarang, aku mempunyai impian baru, yaitu aku ingin menjadi seorang penulis. Ya, itu lah mimpiku yang selalu bergelayutan dalam hati dan pikiranku. Alasan yang mendasariku mempunyai impian menjadi penulis adalah karena aku ingin menjadi orang terkenal. Aku ingin karyaku di baca semua orang. Aku ingin semua orang tahu bahwa aku bisa membuat buku. Sejak SD, aku memang sudah suka dengan puisi dan menulis diary. Waktu SD, aku juga pernah menulis sebuah surat untuk Sherina. Namun sayang, waktu itu suratku tak dibalas.
Aku sangat ingin membuat sebuah buku, ntah itu fiksi ataupun nonfiksi. Betapa menyenangkan membayangkan bukuku dipajang di toko buku. Batapa menyenangkannya membayangkan bukuku dibaca semua orang. Dan betapa menyenangkannya ketika semua orang tahu yang menulis buku yang spektakuler itu adalah aku. Aku selalu membayangkannya, setiap hari, setiap menit bahkan setiap detik. Itulah mimpiku. Mimpi yang selalu hadir di setiap tidurku. Mimpi yang selalu menghantuiku dimanapun aku berada. Aku tidak bisa jika mimpi itu tidak terwujud. Aku harus mewujudkannya.
Sebagai usaha awal, aku mengikutsertakan diri dalam komunitas kepenulisan. Sekarang, aku tergabung dalam Forum Lingkar Pena Wilayah Jambi dan Writing Revolution. Yang ada di dalam kepalaku adalah aku ingin berkarya, aku ingin menulis, hingga suatu saat kelak, aku bisa melihat bukuku dipajang di toko buku. Dan untuk meraih itu, aku harus mengasah kemampuan menulisku. Dalam komunitas kepenulisan inilah langkah itu aku mulai.
Beberapa minggu tergabung dalam komunitas kepenulisan tersebut, aku memberanikan diri mengirimkan tulisanku ke media dan berbagai lomba. Alhamdulillah, ternyata cerpen yang pertama kali aku kirim, lolos dalam lomba dan naskahnya dibukukan. Tentu saja aku bahagia karena hal itu. Namun, seperti yang telah kita ketahui, bahwa tidak ada kesuksesan tanpa perjuangan. Tidak ada perjuangan tanpa ujian. Setelah naskah pertamaku yang lolos dan dibukukan itu, tak lantas setiap aku mengirimkan naskah akan diterima. Setelah naskah pertamaku itu, aku mengalami berbagai macam penolakan dan kekalahan dalam arena lomba kepenulisan. Itu terjadi berkali-kali. Naskahku tak dilirik sama sekali. Dan itu membuat mentalku jatuh. Kepercayaan diriku runtuh. Aku merasa kapok mengirimkan karyaku ke media atau pun ikut event lomba, karena aku tak siap menerima kekalahan lagi.
Meski begitu, aku tak lantas berhenti menulis. Aku terus menulis karena aku mencintai pekerjaan itu. aku terus belajar menulis yang baik dan benar. Aku terus berusaha memperbaiki kekurangan tulisanku. Aku menghabiskan waktu dengan banyak membaca karya-karya penulis yang telah ternama. Aku pun membaca perjuangan mereka dalam menulis dan menghasilkan karya. Aku mendapatkan sesuatu dari sana. Bahwa tidak ada kesuksesan yang gratis. Harus ada kerja keras dan perjuangan total.
Maka, kepercayaan diriku pun kembali. Aku harus sabar meniti jalan yang telah kupilih. Semuanya butuh proses. Aku harus terus semangat dan berusaha lebih keras lagi. Aku kembali memberanikan diri mengirimkan karyaku ke event lomba dan ke media. Aku tidak perduli lagi, apakah akan diterima atau tidak. Yang penting aku telah berusaha dan telah mencoba. Dan aku yakin suatu hari kelak impianku itu pasti akan terwujud. Aku yakin itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sorbonne University

Sorbonne University

Alexandria

Alexandria

Edensor

Edensor

Bunaken

Bunaken